"Apa yang biasanya kamu lakukan di Sabtu sore?"
Sabtu sore memberikan banyak pilihan. Bagi yang senggang maupun sibuk. Senang ataupun sedih. Berdua atau sendiri - atau beramai-ramai. Kamu ataupun saya. Sabtu sore selalu memberikan banyak pilihan. Sabtu sore selalu menjadi bagian dari hitungan satu pekan yang melelahkan.
Saya adalah seorang berumur 20 tahun. Dengan bentuk wajah bulat dihiasi banyak jerawat. Saya sendiri baru sangat meyakini betapa bulatnya wajah saya ketika rambut saya dipangkas botak beberapa hari yang lalu. Saya sedang berada di tahun terakhir perkuliahan saya - tahun yang selalu membuat tidur setiap orang yang melewatinya menjadi sedikit tidak tenang.
Saya suka menulis. Saya menulis kapan dan di mana saja. Sebelumnya saya sudah punya -mungkin- belasan blog dengan tema dan isi yang beraneka rupa. Jadinya lebih kayak berantakan, memang. Tapi setidaknya terserah saya mau menulis apa. Sabtu sore mengizinkan saya, jadi kamu tidak perlu keberatan jika tidak ingin membacanya.
Sabtu sore tidak selalu menjadi waktu yang tetap bagi saya untuk menulis. Bahkan ketika saya memutuskan untuk membuat blog ini dan menulis postingan yang pertama, ini bukanlah Sabtu sore. Ini Kamis, meskipun memang sudah jelang sore. Pukul 14:20 di sini.
Entah kenapa saya suka dengan Sabtu sore, dan kemudian menamai blog ini begitu. Sabtu sore selalu punya aura yang berbeda dibandingkan hari lain, buat saya. Dibandingkan Sabtu pagi atau Sabtu malam. Sabtu sore seperti waktu untuk bercerita. Adakalanya juga untuk diam merenung. Memberi kabar rindu. Atau sekedar bersenda gurau dengan beberapa gelas cola dengan tetangga sebelah rumah.
Mungkin, di Sabtu sore ada seorang bayi yang baru lahir ke dunia -dengan atau tanpa diiringi harapan orangtuanya. Mungkin, di Sabtu sore ada jiwa yang melayang pergi -dengan atau tanpa diiringi doa dari yang ditinggalkannya. Sabtu sore selalu punya cerita.
"Bukankah apa yang terjadi di Sabtu sore juga bisa terjadi di hari lain? Atau malah mungkin di Sabtu malam?"
Memang. Lantas apa? Bukankah setiap hari memang 24 jam? Sama pastinya dengan bumi yang berevolusi. Tidakkah saya berhak untuk diam, berjalan, atau berlari? Tidakkah saya berhak untuk menikmati nyanyian indah kawan-kawan kecil bersayap coklat di atas dahan sana? Tidakkah saya berhak untuk mencintai satu momen di antara waktu yang terus berulang dalam hidup saya? Mencintai Sabtu sore?
Ini adalah tentang waktu yang tepat untuk mengenang. Berhenti sejenak lantas bercerita. Tentang apa saja. Dari Sabtu sore ke Sabtu sore lainnya. Agar saya bisa sedikit tenang, berbicara dengan diri saya sendiri. Kadang, seisi dunia tidak pernah cukup menggantikannya.
Jadi, perkenalkan. Ini Sabtu sore saya. Jangan ragu, jabatlah tangannya. Ini bisa jadi Sabtu sore-mu juga. Mulai sekarang, saya akan selalu merindukannya. Dan jika kamu mau menjadikan ini Sabtu sore kita, maka saya akan mulai merindukan kamu juga.